Emas merupakan logam yang paling berharga dalam peradaban manusia di muka bumi ini. Pada awal emas ditemukan memang tidak langsung digunakan sebagai alat tukar tetapi cenderung digunakan untuk perhiasan dan ritual kuno pada jaman dahulu kala. Kemudian baru pada tahun 1091 SM emas digunakan sebagai alat tukar di Cina, kemudian emas semakin luas pemanfaatanya sebagai alat tukar pada tahun 1500 SM untuk perdagangan internasional di timur tengah.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, umat islam sudah menggunakan emas sebagai alat tukar dalam bentuk mata uang. Mata uang pada zaman tersebut dikenal dengan nama Dinar. Dimana Dinar merupakan uang dengan bahan emas 22 karat seberat 4,25 gram dengan diameter 23 milimeter. Saat ini standar Dinar sudah dibakukan oleh World Islamic Trading Organization (WITO) dan berlaku sampai sekarang diseluruh dunia dengan nilai mata uang Dinar mengikuti harga emas dunia.Untuk di Indonesia satu-satunya perusahaan yang mencetak Dinar dengan kualitas terbaik dan diakui secara internasional adalah PT Antam Tbk melalui salah satu unit bisnisnya Logam Mulia (LM).
Dalam kutipan salah satu hadist menyebutkan bahwa 1 dinar waktu zaman Rosullullah SAW cukup untuk membeli satu ekor kambing, coba bandingkan dengan harga kambing saat ini per tanggal 26 Februari 2011 data www.amanahaqiqah.com untuk kambing super Rp.1.450.000. Coba kita bandingkan dengan nilai Dinar saat ini dengan acuan harga Logam Mulia PT Antam Tbk (LM) www.logammulia.com per tanggal 25 februari 2011 sebasar Rp.410.000 per gramnya (catatan: karena tanggal 26 Februari 2011 merupakan hari sabtu/libur sehingga LM tidak mengelurakan harga pada tanggal tersebut), berarti 1 dinar setara dengan Rp. 1.598.000, cukup untuk membeli satu ekor kambing bahkan ada kelebihan uang.
Coba bandingkan dengan nasibnya uang kertas, sangat tergantung daripada negara yang menjamin yang akibatnya berdampak pada inflasi pada nilai mata uang tersebut. Sebagai contoh dari kondisi yang sangat ekstrim betapa jahatnya inflasi dan nilai kpeercayaan sebuah negara terhadap jaminan akan nilai mata uangnya, berikut dibawah ini adalah gambar yang menunjukkan dampak sebuah inflasi dimana di Zimbabwe harga 3 butir telur mencapai 100 milyar dolar Zimbabwe.
Harga 3 butir telur sama dengan 100 milyar dolar Zimbabwe
Dari gambaran tersebut cukup bukti untuk menyatakan bahwa emas sama sekali tidak mengalami inflasi bahkan bisa deflasi tergantung kondisi ekonomi di Indonesia juga dunia khususnya AS karena dolar Amerika (AS) masih banyak digunakan sebagai alat transaksi di dunia. Kalau kita melihat grafik harga emas fluktuatif tetapi itu bukan menunjukan naik turunya emas secara nilai tetapi lebih melainkan fluktuasi mata uang itu sendiri dalam menghargai emas. Karena pada prinsipnya mata uang kertas sendiri sebenarnya merupakan korelasi dari emas yang dicadangkan.
Salah satu bukti sejarah tersebut tertuang dalam perjanjian Bretton Woods yang isinya kesepakatan 44 negara untuk menetapkan jaminan emas sebasar 1 troy ounce (OZt) emas bila akan mencetak uang kertas dolar AS (USD) sebesar 35 USD dan perjanjian ini berlangsung cukup lama sampai 27 tahun (1944-1971) artinya harga emas US$ 35/OZt. Perjanjian tersebut tidak berlaku bukan emasnya yang tidak dipercaya tetapi kesulitan AS dalam mencari emas sebagai cadangan devisa mereka setiap mencetak uang USD.
Jadi dengan demikian emas sama dengan uang dolar Amerika tetapi uang dolar Amerika bukanlah emas. Dengan tidak adanya penjaminan emas inilah maka sebenarnya uang USD pun hanyalah sebuah kertas yang tidak beda dengan kertas lain pada saatnya nanti, uang kertas hanya akan berharga jika ada lembaga yang menjamin, ketika yang menjamin tidak lagi dipercaya pasar maka kertasnya tidak akan ada harganya. Bayangkan untuk mencetak uang 100 USD hanya dibutuhkan biaya kertas dan tinta 4 sen saja (atau nilai realnya hanya 0,04 % saja), artinya kalau Indonesia punya emas di Freeport dibawa ke AS kemudian pemerintah kita hanya diberi USD alias kertas betapa bodohnya negara kita ini. Saya jadi ingat waktu diskusi di PERHAPI kaitanya dengan aturan yang dibuat jaman soekarno bahwa setiap tambang harus menyetor produk tambangnya ke pemerintahmisalnya untuk tambang batu bara maka setiap berapa ton yang diproduksi maka harus disetor ke pemerintah dalam bentuk batu bara sudah jadi, sehingga harusnya pemerintah menerimanya dalam bentuk barang tambang. Ini dikarenakan agar Indonesia memiliki produk hasil tambangnya dalam bentuk jadi yang siap dikonsumsi untuk kepentingan negera ini, makanya harusnya kita tidak pernah kesulitan menyuplai PLN kalau aturan ini tidak diubah oleh orde baru. Memang mengkorupsi uang lebih mudah daripada mengkorupsi batu bara dalam bentuk barang tambang.
Salah satu bukti sejarah tersebut tertuang dalam perjanjian Bretton Woods yang isinya kesepakatan 44 negara untuk menetapkan jaminan emas sebasar 1 troy ounce (OZt) emas bila akan mencetak uang kertas dolar AS (USD) sebesar 35 USD dan perjanjian ini berlangsung cukup lama sampai 27 tahun (1944-1971) artinya harga emas US$ 35/OZt. Perjanjian tersebut tidak berlaku bukan emasnya yang tidak dipercaya tetapi kesulitan AS dalam mencari emas sebagai cadangan devisa mereka setiap mencetak uang USD.
Jadi dengan demikian emas sama dengan uang dolar Amerika tetapi uang dolar Amerika bukanlah emas. Dengan tidak adanya penjaminan emas inilah maka sebenarnya uang USD pun hanyalah sebuah kertas yang tidak beda dengan kertas lain pada saatnya nanti, uang kertas hanya akan berharga jika ada lembaga yang menjamin, ketika yang menjamin tidak lagi dipercaya pasar maka kertasnya tidak akan ada harganya. Bayangkan untuk mencetak uang 100 USD hanya dibutuhkan biaya kertas dan tinta 4 sen saja (atau nilai realnya hanya 0,04 % saja), artinya kalau Indonesia punya emas di Freeport dibawa ke AS kemudian pemerintah kita hanya diberi USD alias kertas betapa bodohnya negara kita ini. Saya jadi ingat waktu diskusi di PERHAPI kaitanya dengan aturan yang dibuat jaman soekarno bahwa setiap tambang harus menyetor produk tambangnya ke pemerintahmisalnya untuk tambang batu bara maka setiap berapa ton yang diproduksi maka harus disetor ke pemerintah dalam bentuk batu bara sudah jadi, sehingga harusnya pemerintah menerimanya dalam bentuk barang tambang. Ini dikarenakan agar Indonesia memiliki produk hasil tambangnya dalam bentuk jadi yang siap dikonsumsi untuk kepentingan negera ini, makanya harusnya kita tidak pernah kesulitan menyuplai PLN kalau aturan ini tidak diubah oleh orde baru. Memang mengkorupsi uang lebih mudah daripada mengkorupsi batu bara dalam bentuk barang tambang.
Kembali ke produksi emas diatas, sesuai data cadangan Freeport kadar emas rata-rata 0,92 gram/ton (Wa Allahu A'lam) dengan produksi emas 61,8 Ton per tahun di setor ke AS (kira-kira karena 71 % proses pengolahan tidak di Indonesia Wa Allahu A'lam) dengan harga emas 1.400 USD/Toz maka nilainya sekitar USD 2.780 juta dimana Indonesia hanya kebagian royalty 1% saja atau dalam bentuk uang USD berarti sekitar dapat USD 27 juta dalam bentuk kertas yang diberi nilai oleh AS. Artinya Amerika sebenarnya hanya mengeluarkan dana real untuk beli kertas dan tinta sebesar USD 10.800 saja untuk mendapatkan emas sebanyak 61,8 ton dari tanah papua tercinta .……. Subhanalloh itu belum kita hitung per jenis logam produksi tambang Freeport yang terdiri dari Emas, Perak dan tembaga bahkan katanya ada uraniumnya juga Wa Allahu A’lam. Uang senilai USD 10.800 hanya cukup untuk membeli emas seberat 240 gram saja, artinya cukup menjual kalung emasnya istri Obama untuk beli tinta dan kertas, lalu AS dapat 61,8 ton emas dari Indonesia, pantaskah kekayaan Indonesia hanya ditukar dengan lembaran kertas hasil print out AS????.
Inilah suatu rahasia emas di dunia, dan kalau coba kita cek data cadangan emas di dunia per November 2009 negara AS merupakan Negara yang paling banyak memiliki cadangan emas di dunia yaitu sebesar 8.133,5 ton atau menguasai 77,4 % dari total cadangan emas di dunia. Dengan data tersebut artinya AS sebagai negara super power sangat siap untuk menghadapi ancaman krisis terjelek sekalipun dolar Amerika boleh saja tidak dihargai oleh dunia tetapi dengan emas yang dimilikinya AS bisa mengendalikan perekonomian dunia. Nah kita semua harus waspada kapan strategi AS akan diterapkan di dunia, misalkan AS kembali ke tahun 1944 dengan menerapkan apa yang tertuang dalam perjanjian Bretton wood maka siapa yang akan menjadi penentu ekonomi dunia, jelas Negara yang memiliki cadangan emas terbesar yang akan mengendalikan. Dimana kalau startegi uang "emas" ini diterapkan maka hal ini sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh Abu bakar bin Abi Maryam bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Masanya akan tiba pada umat manusia, ketika tidak ada apa pun yang berguna selain Dinar dan Dirham ”. (Musnad Imam Ahmad bin Hambal).
Kemudian bagaimana dengan Indonesia pada kuratal I-2010 yang hanya memiliki cadangan emas yang disimpan di BI sekitar 73,1 ton atau setara dengan 4,3 % dari total cadangan devisa emas dunia, artinya Indonesia sangat rentan dengan kondisi perekonomian dunia dan sangat mudah di kendalikan oleh pihak negara lain. Nah dengan demikian maka sebagai warga negara yang tinggal di Indonesia dengan mata uang Rupiah, sebaiknya mulai sekarang simpanlah emas bukan simpan rupiah, karena bagaiman pun kondisi AS atau ekonomi dunia, emas tetap menjadi barometer penentuan mata uang dunia. Ingat pada waktu terjadi krisis ekonomi dunia tahun 1998 semua negara mencoba mengumpulkan emasnya untuk menyelamatkan perekonomianya, saya ingat waktu itu warga di korea dengan sukarela mengumpulkan emasnya untuk negara.
Kalau pemerintah Indonesia tidak “tergerak” untuk menyimpan emas karena sudah terikat dengan IMF, maka kita sebagai warga yang cinta dengan tanah air Indonesia lah yang “bergerak” untuk menyimpan emas, karena cepat atau lambat kehancuran uang kertas “rupiah” sudah diambang ketidakpercayaan. Bahkan kalau kita ingat sejarah bahwa tahun 1965 Indonesia pernah melakukan redenominasi terhadap nilai rupiah menjadi 1/1000 artinya uang Rp. 1000 yang biasa kita bayarkan ke tukang parker sebanarnya uang 1 juta kalau pemerintah kita tahun 1965 tidak melakukan redenominasi. Di tahun 2010 akhir kita sempat mendengar berita bahwa tahun 2014 juga akan ada rencana redenominasi kembali artinya ini adalah sinyal betapa tergerus daya beli rupiah kita ini, so mari kita menyimpan emas dan sebarkan “Gerakan Emas Indonesia” demi umat dan bangsa Indonesia agar tidak terpuruk kelembah garis kemiskinan. Belajarlah ke China sesuai bunyi salah satu hadist, dan hal tersebut relevan untuk kondisi saat ini karena sekarang China baik rakyat dan pemerintahnya sudah mulai menyebarkan gerakan menyimpan emas bahkan pemerintah China sampai mengadakan “2011 shanghai gold & jewelry exhibition”.
Dengan penjelasan singkat diatas semoga dapat menambah keyakinan kita semua untuk melangkah dalam investasi emas sebagai lindung nilai terhadap asset yang kita miliki khususnya disaat kita masih mampu untuk bekerja dan memiliki penghasilan. Sebagai penekanan, dibawah ini adalah penjelasan kelebihan emas sebagai media investasi :
1. Likuiditasnya, ingat setiap kita akan melakukan investasi dalam bentuk apa pun selalu fikirkan tingkat likuditasnya artinya perhatikan tingkat kemudahanya dalam menjual asset kita dalam bentuk uang. Karena tujuan kita melakukan investasi, tentu suatu saat pasti akan datang masanya untuk kita uangkan saat kita butuh terhadap suatu hal. Sebagai contoh kita butuh untuk kebutuhan biaya rumah sakit jelas kalau kita punya simpanan emas tinggal pergi ke toko emas maka langsung dapat saat itu juga uangnya dalam hitungan menit, coba bandingkan bila kita menyimpanya dalam bentuk tanah atau property butuh waktu lama, bahkan saham sekali pun karena aturan yang ditetapkan di Indoensia ketika kita melepas saham maka uang hasil penjualan saham baru bisa diambil 3 hari setelah transaksi dilaksanakan.
2. Tidak terpengaruh inflasi, bagaimanapun kondisi perekonomian negara kita, emas tetap akan menyesuaikan kondisi perekonomian kita dari sisi nilai, makanya emas bisa dikatakan dapat membuat kita tetap kaya. Dengan kata lain emas merupakan asset yang berada diluar sitem perbankan dunia, sehingga tidak terpengaruh oleh kebijakan moneter negara jika terjadi krisis moneter, perlu diingat pemerintah Indonesia pernah memberikan wacana akan melakukan denominasi rupiah pada tahun 2014, nah kalau kondisi demikian hindari menyimpan rupiah karena kita belum bisa mengetahui sebesar apa dampak inflasi pada tahun 2014 tersebut.
3. Nilainya tidak ditentukan oleh pemerintah, nominal harga emas untuk Indonesia semua mengacu pada harga emas yang dikeluarkan oleh LM, sedangkan LM sendiri pun mengeluarkan harga emas dalam mata uang rupiah selalu mengacu pada harga emas dunia dan nilai Rupiah terhadap dolar Amerika, sehingga secara tidak langsung harga emas di Indonesia sudah mempertimbangkan dua aspek yaitu aspek kelangkaan emas di dunia dan aspek nilai mata uang dolar Amerika. Artinya walaupun nilai kurs dolar Amerika turun dibanding dengan nilai rupiah belum tentu harga emas turun.
Untuk itu akan dijelaskan beberapa teknik berinvestasi emas dari mulai teknik yang sederhana sampai teknik yang sedikit komplek. Tetapi sebelum membahas detail tentang cara berinvestasi emas perlu ditegaskan bahwa sebaiknya melakukan investasi emas dalam bentuk emas murni batangan yang dijual oleh LM PT Antam Tbk, karena tidak dikenakan biaya pembuatan perhiasan serta tidak dikenakan PPn karena masih dianggap bahan baku.
No comments:
Post a Comment