Tuesday, July 23, 2013

Belajar Dari Siklus Harga Emas

Tulisan ini sudah saya muat di blog kompasiana.com, tetapi karena blog pribadi ini juga harus tetap saya maintenance, maka seharusnya saya menuliskan kembali tulisan dengan judul yang sama. Harga emas saat ini bisa dibilang rendah, bahkan sempat mencapai harga terendah tanggal 28 Juni 2013 sebesar $1192/oz sedangkan untuk harga spot (diluar ongkos cetak) di Indonesia terendah sempat mencapai Rp 396.000/gram. Harga emas pernah mencapai puncaknya pada bulan Agustus 2011 pada harga $1906/oz, artinya harga emas saat ini telah jatuh lebih dari sepertiga dalam 22 bulan terakhir.  Sentimen oleh hampir semua ukuran saat ini mengerikan khususnya pernyataan-pernyataan yang dikelurkan oleh Ben Bernanke mewakili The Fed.  Walau demikian masyarakat di China tetap percaya emas dan tidak terpengaruh oleh pernyataan Ben Bernanke, sehingga buat masyarakat China ini digunakan sebagai waktu yang tepat untuk membeli emas, bahkan data menunjukan bahwa hampir semua emas fisik yang diproduksi diseluruh dunia terserap oleh pembelian emas fisik di China. Hal ini berbeda dengan kondisi masyarakat di Indonesia, ketika harga emas realy menuju puncak harga tertinggi orang berbondong-bondong bahkan sampai mengantri untuk membeli emas. Dan dalam tulisan blog saya www.gdcirebon.blogspot.com memuat suasana antrian pembelian tanggal 23 Agustus 2011 di PT Antam Tbl Logam Mulia (LM) Jakarta, padahal pada hari itu merupakan harga emas tertinggi harga spot emas LM batangan sebesar 534.000/gr atau US$ 1906/Oz “New Record” sepanjang zaman setidaknya sampai hari ini. Perlu diingat harga emas dunia yang melonjak naik “bukan” karena di Indonesia deket lebaran tahun 2011 saat itu, ini yang salah dalam persepsi masyarakat Indonesia terkait harga emas. Anehnya masyarakat kita, ketika harga jatuh seperti sekarang ini, malah sepi dan cenderung mulai meninggalkan emas. Dilihat dari situasi ini jelas bahwa pemahaman investasi emas masyarakat Indonesia masih belum seperti pemahaman masyarakat di China.
 
Kemudian kondisi ini khususnya di Indonesia banyak yang bertanya sampai harga berapa emas akan turun dan kapan emas akan naik, tentunya inilah pertanyaan umum yang disampaikan dalam kondisi harga yang dianggap kacau diakibatkan statement-statement Ben Bernanke khusunya masalah QE. Untuk membantu menjawab pertanyaan itu kita coba lihat grafik emas kebelakang untuk melihat siklus 5 tahunanya dan mengidentifikasi beberapa siklus jangka panjang. Ini model sederhana, yang hanya menggunakan lima siklus dan peningkatan eksponensial, menunjukkan bahwa harga emas akan masih rendah kira-kira sampai Oktober 2013, dan diproyeksikan menuju harga tertinggi yang pernah dicapai sebelumnya pada harga $1.900 sekitar  triwulan 3 tahun depan sampai semester 2 tahun 2015. Periode yang  sama juga terjadi dimana harga emas pernah diperdagangkan di bawah $ 700 pada bulan Oktober 2008 dan naik menjadi lebih dari $ 1.900 pada bulan September 2011, sehingga kenaikan substansial adalah sangat mungkin.
 
Ini bukan prediksi, itu hanyalah sebuah siklus 5 tahunan grafik emas, tapi mungkin salah, asumsi bahwa harga emas akan terus meningkat sekitar 18% per tahun, rata-rata, hal ini dilihat dari lima siklus sebelumnya dimana harga aktual jauh di atas tren pertumbuhan eksponensial.
Mengapa harga emas akan terus meningkat? Sistem moneter saat ini tergantung pada kondisi hutang yang meningkat secara eksponensial dan jumlah uang beredar juga meningkat kaitanya dengan kebijakan fiskal teh Fed. Berulang kali bahkan banyak sekali yang meyakini bahwa pemerintah AS akan terus mengalami defisit anggaran besar dan dengan demikian total hutang AS akan terus meningkat.  Bank sentral Jepang, Uni Eropa, dan Amerika Serikat akan terus untuk menguangkan hutang dan meningkatkan jumlah uang beredar dalam rangka untuk mempromosikan inflasi aset dan membanjiri pasukan deflasi di negara masing-masing.  Pasokan emas meningkat perlahan-lahan, permintaan meningkat lebih cepat, sementara setiap Dollar, Euro, Yen & uang kertas lainya tetap akan kehilangan harganya karena memang sejatinya adalah kertas dan tragedi kehancuran uang kertas sudah pernah terjadi dan akan terus terjadi, hanya waktu yang akan menjawabnya.
 
Tampaknya cukup masuk akal untuk mengharapkan bahwa harga emas akan meningkat secara substansial dari tingkat rendah saat ini, dan pernyataan Ben Bernanke hanyalah riak sesaat yang memang berpengaruh pada harga emas tetapi tidak akan pernah mengubah makna emas fisik yang sesungguhnya, semoga dalam menyikapi harga emas saat ini masyarakat Indonesia bisa mengambil bagian sebagai kondisi yang layak kita ambil keuntunganya untuk membeli emas pada harga rendah seperti yang dilakukan masyarakat di China.
 
Kalau saya pribadi tetap meyakini dan percaya hadist yang diriwayatkan oleh Abu bakar bin Abi Maryam bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Masanya akan tiba pada umat manusia, ketika tidak ada apa pun yang berguna selain Dinar(emas)  dan Dirham(perak) “. (Musnad Imam Ahmad bin Hambal).

No comments:

Post a Comment