Friday, October 21, 2011

Belajarlah Ke Negeri China

Hadist yang berbunyi “Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri China”, sejak kecil waktu saya madrasah di desa Karang Asem, Cirebon, saya sudah mengenal bunyi hadist tersebut yang kemudian belakangan banyak di bahas diberbagai forum bahwa mayoritas ulama pakar hadits menilai bahwa hadits ini adalah hadits dho’if (lemah) dilihat dari banyak jalan. Hadits dho’if (lemah) adalah hadits yang tidak memenuhi syarat shohih seperti sanadnya terputus, menyelisihi riwayat yang lebih kuat (lebih shohih) dan memiliki illah (cacat).
Terlepas dari hal tersebut, buat saya yang menarik saat ini dan mengapa saya menulis judul tersebut diatas karena ada berita besar tanggal 12 Oktober 2011 “China To Buy California ?”. 

Sang Gubernur California Arnold Schwarzenegger berkata, “Lihat, Cina sudah memiliki sebagian yang baik dari Amerika Serikat, mereka praktis telah memiliki seluruh negeri ini. Cina tampaknya tahu bagaimana untuk mengurusi”. California adalah daerah bencana ekonomi yang total dan komplit. Pemerintah negara bagian California diproyeksikan memiliki defisit anggaran setidaknya US$ 19 miliar tahun ini, dan tahun berikutnya kesenjangan anggaran diproyeksikan tumbuh hingga US$ 37 miliar. Sedang seluruh anggaran bagi pemerintah California hanya sekitar US$ 125 miliar per tahun. Peringkat kredit California adalah yang terendah dari semua 50 negara bagian di AS, dan akan lebih rendah lagi. Dalam mengantisipasi kondisi kebangkrutan di AS maupun Eropa memang China yang paling siap, coba kita lihat kesiapan dan strategi China dalam Industri, cadangan devisa (US$ & Emas) dan Kesadaran Rakyat China dalam mengantisipasi kondisi perekonomian saat ini.
Industri
kalau kita berbicara industri di China, maka lihatlah disekitar kita seberapa banyak barang China yang ada disekitar kita, hampir semua yang kita jumpai saat ini tidak ada yang tidak bisa dibuat oleh China, bahkan ironisnya pemerintah Indonesia di era Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menyetujui perdagangan bebas dengan China yang dampaknya mematikan sektor ril negeri ini, sangat banyak yang masuk produk China dari yang elektronik, otomotif bahkan kentang China pun bisa masuk ke Indonesia dengan harga yang lebih murah ketimbang kentang lokal. Lambat tapi pasti kondisi demikian akan mematikan perekonomian bangsa Indonesia, ditambah minat penduduk Indonesia saat ini sudah mengejar menjadi pegawai negeri sipil yang nota bene gaji mereka berasal dari APBN, dimana defisit APBN bila terus terjadi, maka solusinya pasti utang, dari sinilah asal mulanya terjadinya krisis, kalau tidak utang maka mencetak uang Rupiah lagi yang tentunya akan berdampak pada inflasi. Mengapa demikian ? sesuai ulasan pada tulisan saya 1 september 2011, jawabnya semakin lama semakin banyak kertas yang dicetak untuk uang (money creation) yang tidak diikuti peningkatan produksi sektor riil karena uang yang digunakan untuk menutup APBN yang digunakan bukan untuk kegiatan produksi barang, maka sesuai teori kuantitas uang bahwa M.V=P.Q, maka selama kondisi demikian, dimana M=jumlah uang yang dicetak besar/naik, maka otomatis sebagai penyeimbang rumus sebelah kanan P=harga barang harus naik karena jumlah produksi barang (Q) tidak meningkat.
Di China kondisinya terbalik, dimana produk domestic nya lebih banyak (Q) sehingga mata uang Yuan mereka sangatlah stabil atau bahkan bisa dibilang kuat. Bahkan sampai-sampai China melihat lemahnya US$ akan berdampak buruk bagi China sehingga menyusun langkah untuk mulai meninggalkan pemakaian US$. Bahkan dengan kuatnya mata uang China, negara tersebut bisa mengatur nilai tukar mata uangnya terhadap US$ sehingga menguntungkan ekspor China. Untuk hal tersebut AS mulai curiga sampai-sampai tanggal 11 Oktober 2011 kemarin Senat AS  mengesahkan RUU mata uang kontroversial yang mengancam akan menghukum China atas dugaan melakukan "manipulasi mata uang" dengan memberlakukan tarif yang bersifat pembalasan, kendati mendapat tantangan keras dari China dan banyak grup bisnis AS sendiri. UU Reformasi tentang Kekeliruan Nilai Tukar Kurs Mata Uang yang disponsori oleh Senator Charles Schumer, Sherrod Brown dan Senator Demokrat dan Republik lainnya, disahkan dengan perbandingan suara 63-35 di Senat AS. RUU itu terutama ditujukan kepada mata uang China, Yuan, yang menurut AS dibuat rendah nilainya agar ekspor China ke AS lebih murah.
China selain merupakan negara dengan penduduk terbesar di dunia, pertumbuhan ekonominya juga terbesar yaitu untuk tahun 2011 ini mencapai 9.1%.  Bandingkan ini dengan pertumbuhan ekonomi Amerika tahun 2011 yang hanya 1.6%, Jepang yang minus 1 % dan Indonesia tumbuh  6.5%. Memang China yang ekonominya tumbuh sangat pesat tersebut juga membutuhkan Dollar, tetapi tidak sebesar pertumbuhan ekonominya sendiri karena China sedang mengerem ketergantungannya pada Dollar dan malah berusaha menjadikan uangnya sendiri sebagai reserve currency bersaing dengan Dollar.

Cadangan Devisa (US$ dan Emas) serta Budaya Membeli Emas Rakyat China
China kembali mencetak rekor cadangan devisa. Hingga akhir Juni, China tercatat memiliki cadangan devisa hampir US$ 3,2 triliun, atau tepatnya di US$ 3,1975 triliun atau sekitar Rp 28.777 triliun. Angka tersebut berarti melonjak tajam jika dibandingkan cadangan devisa China per akhir Maret 2011 lalu yang mencapai US$ 3,0447 triliun, demikian data yang dikutip dari AFP, Selasa (12/7/2011).
Cadangan devisa nomor 1 terbanyak di dunia yang dimiliki China tentu salah satunya karena besarnya surplus neraca perdagangan mereka, sejak saya masih kecil hampir semua mainan anak-anak “made in China”, apalagi sekarang dengan aturan perdagangan bebas barang China semakin murah bahkan semua sendi produk barang kita hampir “semuanya” China yang berakibat mandegnya sektor rill di Indonesia.
Terkait dengan mulai terlihat keroposnya US$, China juga secara perlahan akan mengurangi terus cadangan US$ ke dalam emas, Kabel WikiLeaks yang dibocorkan dengan judul “Cina meningkatkan cadangan emas dalam rangka untuk membunuh dua burung dengan satu batu”. Langkah itu memang disertai dengan pengumuman kebijakan baru dari pejabat perbankan China, yang menandakan langkah China untuk akhirnya menggantikan dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia, “Mereka [AS dan Eropa] berniat untuk melemahkan fungsi emas sebagai cadangan mata uang internasional. Mereka tidak ingin melihat negara-negara lain beralih ke cadangan emas dari dolar AS atau Euro”,  kata kabel tersebut tahun 2009, mengutip China Radio International.
Negara dengan cadangan emas terbanyak didunia adalah Amerika dengan cadangan sebanyak 8.133,5 ton. Cina adalah pemilik cadangan emas sebanyak 1.054,1 ton. Walaupun cadangan emas China lebih kecil daripada AS, pelan tapi pasti cadangan emas China akan terus ditingkatkan. AS walaupun cadangan emasnya besar tetapi terancam bangkrut seiiring membengkaknya utang AS. Jadi sekitar selama 6 tahun ini cadangan emas China mengalami peningkatan sekitar 76 persen yang diperoleh melalui pembelian domestik maupun pengolahan hasil tambang.
Disamping itu budaya dan pemahaman Rakyat China terhadap pelindung asetnya adalah emas. Kalau melihat trend supply and demand untuk emas, sisi supply-nya jelas terbatas karena produksinya di seluruh dunia hanya bisa menambah jumlah emas di permukaan bumi antara 1.5 -2 % per tahun. Sedangkan sisi demand-nya tumbuh jauh lebih cepat karena dari hampir 7 milyar penduduk dunia (tepatnya 6,969,500,000 per 20 Oktober 2011), diperkirakan lebih dari 20 % di antaranya berada di China dan India  yang notabene adalah penggemar emas dalam budayanya dan daya beli mereka terus meningkat. Diperkirakan lebih dari 20 % di antaranya berada di China dan India  yang notabene adalah penggemar emas. Transaksi komoditas di China selalu menjadi yang terbanyak di antara negara lain, termasuk transaksi emas. Pada 2010, emas yang ditransaksikan di Bursa Emas Shanghai mencapai 604,6 ton. Total nilai transaksinya mencapai 1,61 triliun yuan atau US$ 248,45 miliar. Perdagangan emas di Shanghai menempati urutan pertama di dunia. Secara nasional pada Juni 2011, konsumsi emas China mencapai 571,51 ton dan berada di tempat kedua setelah India yang mencapai 783,4 ton. Konsumsi kedua negara yang sedang berkembang itu mencakup 20 persen dari total konsumsi dunia. Mayoritas emas di China digunakan untuk perhiasan, industri, dan investasi.
Sebagai penutup, kalau kita tarik inti sari dari apa yang harus kita contoh dari China dalam hal ketahanan ekonominya yaitu menggerakan industri sektor ril dan mengamankan asetnya (cadangan devisanya) dengan emas. Sehingga dengan demikian apapun kondisinya karena baik cadangan devisa atau “uang” yang disimpan juga benda rill yaitu emas, dan yang diproduksi barangnya juga benda ril maka terhindar dari yang namanya “kejahatan inflasi” yang secara diam-diam akan merusak daya beli uang hasil jerih payah kita. Karena ketidak seimbangan antara jumlah uang yang beredar (M) dengan jumlah produksi barang rilnya (Q).
Sayangnya kecenderungan Rakyat Indonesia saat ini lebih memilih menjadi PNS, oleh karenanya amat sangat sedikit dari para generasi muda saat ini yang mau menerjuni sektor riil. Tetapi bayangkan apa yang akan dialami oleh generasi anak kita, maka marilah kita mulai memberikan pemahaman tentang ekonomi secara sederhana sehingga bangsa Indonesia ini tidak semakin terpuruk dalam hal ekonomi, tidakkah kita ingin berkontribusi untuk mengamankan masa depan mereka ?
Selain untuk mengamankan masa depan anak cucu kita sendiri, investasi ilmu pemahaman sederhana ini juga dapat menjadi bentuk respon langsung kita atas peringatan Allah : “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya…” (QS 4:9).
Semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang yang takut bila meninggalkan generasi atau keturunan yang lemah kesejahteraanya, Amin Ya Robbal A’lamin.

No comments:

Post a Comment