Saturday, March 29, 2014

Investor Siklus Emas


Siklus ekonomi atau siklus financial merupakan kondisi yang melekat pada system keuangan yang berbasis uang kertas atau fiat money atau uang mengambang, karena sejatinya kertas tidak memiliki nilai instrinsik yang senilai dengan yang tertera diatas kertas nilai uang itu sendiri. Oleh karenya bunga dan inflasi menajdi hal yang melekat pada system uang kertas.


Akibatnya siklus naik dan turun pasti terjadi selama uang kertas itu masih dipakai, karena uang diciptakan dari sesuatu yang tidak berharga atau diciptakan dari udara. Ayunan siklus ini tidak akan pernah berhenti dipuncak terus begitu juga sebaliknya tidak akan berhenti di dasar terus. Ayunan pendulum siklus ekonomi tidak akan pernah berhenti ditengah jalan tetapi terus berayun, begitu pula dengan harga komoditi emas yang harus mengoreksi nilainya secara berlebihan sampai $1.196/oz  (28 Juni 2013) akibat dari harga masa lalu yang terlalu tinggi pernah mencapai $1.900/oz (Agustus 2011).

Dalam banyak hal emas memang selalu dihadapkan dengan mata uang kertas dunia yaitu US$ karena hampir semua transaksi perdagangan dunia menggunakan US$. Dan untuk melihat itu tidak ada contoh yang lebih baik daripada membandingkanya antara asset kertas dan asset real yaitu rasioa emas dengan DOW Jon index yaitu harga DOW yang dibagi harga emas atau dengan kata lain berapa berat emas untuk satu harga saham DOW.

Sebenarnya dalam memahami siklus ekonomi ada 3 kelompok yang selalu dibandingkan yaitu Emas, Property dan Saham. Tetapi karena untuk property likuiditasnya masih belum se likuid emas dan saham maka ketika harga tinggi pun untuk menjualnya tidak begitu mudah. Kemudahan menjual merupakan kata kunci bagi investor siklus. Karena Investor siklus akan selalu memindah-mindahkan uangnya dari satu asset ke asset lain yang sedang mengalami siklus naik atau turun. Konsepnya tidaklah rumit yaitu membeli pada saat RENDAH dan menjual pada saat harga TINGGI.

Disalah satu bagian dari buku “Guide To Investing In Gold And Silver” karya Michael Maloney,di ceritakan seorang ayah yang memberikan warisan kepada anak-anaknya, untuk mepermudahnya saya ilustrasikan seperti ini, anggap saja Orang tua saya tanggal 2 januari 1992 memberi saya uang sebesar 1 lembar  saham DOW yaitu $ 3.172,40 tetapi karena saya saat itu lebih memilih membelikan emas maka uang tersebut saya beilkan emas seberat  9,03 oz emas yang saat itu harga nya $351,20/oz.

Pada saat terjadi booming emas yang mengakibatkan harga emas naik sangat tinggi maka pada tanggal 6 september 2011 saya menjual emas tersebut pada harga $1.895/oz atau saya mendapatkan uang sebesar $ 17.111,85 atau uang saya telah naik 539,39%, uang tersebut langsung saya belikan saham DOW sebanyak 1 lembar saham DOW seharga $11.139,30 dan deposito uang $ 5.972,55 di bank mandiri dengan bunga sebesar 2,75% untuk satu tahun (12 bulan) atau 0,229% per bulannya .

Kemudian ketika the FED memberikan sinyal negative untuk emas, maka saham DOW dan uang tabungan saya belikan emas semua pada tanggal 28 Juni 2013 dimana untuk 1 lembar saham DOW saya mendapatkan uang sebesar $ 14.909,60 dan mencairkan deposito sebesar $ 6.231.23 (sudah dipotong pajak deposito) atau total uang yang akan saya belikan emas adalah $ 21.140,83. Dimana uang tersebut dapat saya belikan emas seberat 17,73 oz emas yang saat itu harganya $ 1.192/oz.

 

Dari siklus tersebut diatas kita dapat tarik kesimpulan terhadap kinerja investor siklus dari tahun 1992 sampai Juni 2013, dimana uang awal yang digunakan untuk investasi sebesar $ 3.172,40 yang mana saat itu pilihan saya dimulai dari berinvestasi pada emas. Kemudian seiring terjadi siklus ekonomi dan terjadi naik dan turun, baik harga emas maupun saham DOW kemudian saya mengalihkan dan membelikan kepada dua instrument tersebut maka pada Juni 2013 nilai uang saya menjadi $ 21.140,83 atau mengalami kenaikan 666,39% dari sisi kenaikan uang US$ atau setara dengan 17,73 oz emas atau naik sebesar 196,41% kalau dilihat dari berat emasnya. Artinya siklus selanjutnya adalah kapan JUAL emas kembali dan BELI saham tentunya menunggu siklus berikutnya yaitu ketika harga emas NAIK dan harga saham DOW TURUN atau harga saham DOW lebih kecil kenaikanya dibanding harga emas.
Dari ilmu yang saya dapat daribuku “Guide To Investing In Gold And Silver” karya Michael Maloney, saya implementasikan tentunya dengan kondisi real yang ada di Indonesia. Pertama saya membuka rekening untuk membeli emas secara online, kriterianya tentu harus bias diambil fisik emas ketika saya mau mengambil tabungan emas saya. Kedua kriterianya cari yang selisih harga jual-beli emasnya yang paling kecil. Ketiga saat pembelian emas online (non fisik) cari yang tahapanya belum menghitung biaya cetak sehingga saat nanti dijual belikan mengubah asset berate mas ke saham dan sebaliknya,maka biaya cetak emas tidak dihitung, biaya cetak hanya sekali saja dikenakan saat mengambil fisik emasnya. Keempat pastikan bahwa perusahaan atau pemilik took emasnya harus yang kita yakini bisnisnya, beneran emas bukan bisnis skema ponzi. Untuk membantu pencarianya cukup mudah khususnya buat pengguna Android karena sudah ada aplikasi yaitu aplikasi “Harga Emas” yang dibuat oleh Kebun Emas, ini linknya https://play.google.com/store/apps/details?id=com.kebunemas.hargaemas

Dari perbandingan seperti gambar diatas didapatkan bahwa GoldGram menjadi pilihanya karena selisih harga jual-belinya (diluar ongkos cetak atau biasa disebut harga spot) paling kecil yaitu Rp. 3000. Kita pilih GoldGram sebagai tempat menyimpan emas kita secara online.
Kemudian pada tanggal 5 September 2013, terjadi kepanikan di bursa saham Indonesia dimana saat itu harga saham TLKM Rp 2000 per lembar sahamnya, sementara emas saat itu malah naik dimana harga jual spotnya Rp 511.000 per gramnya (harga buy back GoldGram), sebagai implementasi investor siklus, maka saya jual emas saya di GoldGram sebanyak 29,41 gram untuk membeli saham TLKM sebanyak 7500 lembar.

Dan per tanggal 5 September 2013, asset saya berpindah dari emas menjadi saham, dan biarkan saja tidak usah diplototin karena gejolok siklus akan sangat keras gaungnya.
Kemudian, benar saja karena kondisi ekonomi AS khususnya yang belum benar-benar pulih, sehingga apapun kebijakan ekonomi yang akan diambil pemerintah AS dan the Fed pasti akan mengakibatkan gejolak ekonomi.
Pada tanggal 19 September 2013,akibat pernyataan The Fed, harga emas jatuh, dimana di GoldGram saat itu harga spotnya Rp 489.000 per gramnya (harga jual GoldGram). Sementara kinerja perusahaan yang positif berakibat naiknya harga saham TLKM menjadi Rp 2375 per lembar sahamnya, sebagai implementasi investor siklus, maka saya jual saham TLKM saya sebanyak 7500 lembar dan uangnya untuk membeli emas sebanyak 36,18 gram.
Sehingga per tanggal tersebut asset saya kembali dalam bentuk emas seberat 36,18 gram artinya berate mas yang saya miliki bertambah 23%,dan sampai saat ini masih dalam bentuk emas karena siklus antara emas dan saham masih relative datar dan bahkan emas masih belum naik lagi seiring dengan langkah pemerintah AS dan The Fed yang tidak jadi memberikan stimulus tambahan untuk pemerintah AS, sehingga harga emas masih belum ada sentiment positif.

No comments:

Post a Comment