Siklus ekonomi atau
siklus financial merupakan kondisi yang melekat pada system keuangan yang
berbasis uang kertas atau fiat money atau uang mengambang, karena sejatinya
kertas tidak memiliki nilai instrinsik yang senilai dengan yang tertera diatas
kertas nilai uang itu sendiri. Oleh karenya bunga dan inflasi menajdi hal yang
melekat pada system uang kertas.
Akibatnya siklus
naik dan turun pasti terjadi selama uang kertas itu masih dipakai, karena uang
diciptakan dari sesuatu yang tidak berharga atau diciptakan dari udara. Ayunan
siklus ini tidak akan pernah berhenti dipuncak terus begitu juga sebaliknya
tidak akan berhenti di dasar terus. Ayunan pendulum siklus ekonomi tidak akan
pernah berhenti ditengah jalan tetapi terus berayun, begitu pula dengan harga
komoditi emas yang harus mengoreksi nilainya secara berlebihan sampai
$1.196/oz (28 Juni 2013) akibat dari
harga masa lalu yang terlalu tinggi pernah mencapai $1.900/oz (Agustus 2011).
Dalam banyak hal
emas memang selalu dihadapkan dengan mata uang kertas dunia yaitu US$ karena
hampir semua transaksi perdagangan dunia menggunakan US$. Dan untuk melihat itu
tidak ada contoh yang lebih baik daripada membandingkanya antara asset kertas
dan asset real yaitu rasioa emas dengan DOW Jon index yaitu harga DOW yang
dibagi harga emas atau dengan kata lain berapa berat emas untuk satu harga
saham DOW.
Sebenarnya dalam
memahami siklus ekonomi ada 3 kelompok yang selalu dibandingkan yaitu Emas,
Property dan Saham. Tetapi karena untuk property likuiditasnya masih belum se
likuid emas dan saham maka ketika harga tinggi pun untuk menjualnya tidak
begitu mudah. Kemudahan menjual merupakan kata kunci bagi investor siklus.
Karena Investor siklus akan selalu memindah-mindahkan uangnya dari satu asset
ke asset lain yang sedang mengalami siklus naik atau turun. Konsepnya tidaklah
rumit yaitu membeli pada saat RENDAH dan menjual pada saat harga TINGGI.
Disalah satu bagian
dari buku “Guide To Investing In Gold And Silver” karya Michael Maloney,di
ceritakan seorang ayah yang memberikan warisan kepada anak-anaknya, untuk
mepermudahnya saya ilustrasikan seperti ini, anggap saja Orang tua saya tanggal
2 januari 1992 memberi saya uang sebesar 1 lembar saham DOW yaitu $ 3.172,40 tetapi karena saya
saat itu lebih memilih membelikan emas maka uang tersebut saya beilkan emas
seberat 9,03 oz emas yang saat itu harga
nya $351,20/oz.
Pada saat terjadi
booming emas yang mengakibatkan harga emas naik sangat tinggi maka pada tanggal
6 september 2011 saya menjual emas tersebut pada harga $1.895/oz atau saya
mendapatkan uang sebesar $ 17.111,85 atau uang saya telah naik 539,39%, uang
tersebut langsung saya belikan saham DOW sebanyak 1 lembar saham DOW seharga
$11.139,30 dan deposito uang $ 5.972,55 di bank mandiri dengan bunga sebesar
2,75% untuk satu tahun (12 bulan) atau 0,229% per bulannya .
Kemudian ketika the
FED memberikan sinyal negative untuk emas, maka saham DOW dan uang tabungan
saya belikan emas semua pada tanggal 28 Juni 2013 dimana untuk 1 lembar saham
DOW saya mendapatkan uang sebesar $ 14.909,60 dan mencairkan deposito sebesar $
6.231.23 (sudah dipotong pajak deposito) atau total uang yang akan saya belikan
emas adalah $ 21.140,83. Dimana uang tersebut dapat saya belikan emas seberat
17,73 oz emas yang saat itu harganya $ 1.192/oz.
Dari siklus
tersebut diatas kita dapat tarik kesimpulan terhadap kinerja investor siklus
dari tahun 1992 sampai Juni 2013, dimana uang awal yang digunakan untuk
investasi sebesar $ 3.172,40 yang mana saat itu pilihan saya dimulai dari
berinvestasi pada emas. Kemudian seiring terjadi siklus ekonomi dan terjadi
naik dan turun, baik harga emas maupun saham DOW kemudian saya mengalihkan dan
membelikan kepada dua instrument tersebut maka pada Juni 2013 nilai uang saya
menjadi $ 21.140,83 atau mengalami kenaikan 666,39% dari sisi kenaikan uang US$
atau setara dengan 17,73 oz emas atau naik sebesar 196,41% kalau dilihat dari
berat emasnya. Artinya siklus selanjutnya adalah kapan JUAL emas kembali dan
BELI saham tentunya menunggu siklus berikutnya yaitu ketika harga emas NAIK dan
harga saham DOW TURUN atau harga saham DOW lebih kecil kenaikanya dibanding
harga emas.
Dari ilmu yang saya dapat daribuku “Guide To
Investing In Gold And Silver” karya Michael Maloney, saya implementasikan
tentunya dengan kondisi real yang ada di Indonesia. Pertama saya membuka
rekening untuk membeli emas secara online, kriterianya tentu harus bias diambil
fisik emas ketika saya mau mengambil tabungan emas saya. Kedua kriterianya cari
yang selisih harga jual-beli emasnya yang paling kecil. Ketiga saat pembelian
emas online (non fisik) cari yang tahapanya belum menghitung biaya cetak
sehingga saat nanti dijual belikan mengubah asset berate mas ke saham dan
sebaliknya,maka biaya cetak emas tidak dihitung, biaya cetak hanya sekali saja
dikenakan saat mengambil fisik emasnya. Keempat pastikan bahwa perusahaan atau
pemilik took emasnya harus yang kita yakini bisnisnya, beneran emas bukan
bisnis skema ponzi. Untuk membantu pencarianya cukup mudah khususnya buat
pengguna Android karena sudah ada aplikasi yaitu aplikasi “Harga Emas” yang
dibuat oleh Kebun Emas, ini linknya https://play.google.com/store/apps/details?id=com.kebunemas.hargaemas
Dari perbandingan
seperti gambar diatas didapatkan bahwa GoldGram menjadi pilihanya karena
selisih harga jual-belinya (diluar ongkos cetak atau biasa disebut harga spot)
paling kecil yaitu Rp. 3000. Kita pilih GoldGram sebagai tempat menyimpan emas
kita secara online.
Kemudian pada
tanggal 5 September 2013, terjadi kepanikan di bursa saham Indonesia dimana
saat itu harga saham TLKM Rp 2000 per lembar sahamnya, sementara emas saat itu
malah naik dimana harga jual spotnya Rp 511.000 per gramnya (harga buy back
GoldGram), sebagai implementasi investor siklus, maka saya jual emas saya di
GoldGram sebanyak 29,41 gram untuk membeli saham TLKM sebanyak 7500 lembar.
Dan per tanggal 5
September 2013, asset saya berpindah dari emas menjadi saham, dan biarkan saja
tidak usah diplototin karena gejolok siklus akan sangat keras gaungnya.
Pada tanggal 19
September 2013,akibat pernyataan The Fed, harga emas jatuh, dimana di GoldGram
saat itu harga spotnya Rp 489.000 per gramnya (harga jual GoldGram). Sementara
kinerja perusahaan yang positif berakibat naiknya harga saham TLKM menjadi Rp
2375 per lembar sahamnya, sebagai implementasi investor siklus, maka saya jual
saham TLKM saya sebanyak 7500 lembar dan uangnya untuk membeli emas sebanyak
36,18 gram.
Sehingga per tanggal tersebut asset saya
kembali dalam bentuk emas seberat 36,18 gram artinya berate mas yang saya
miliki bertambah 23%,dan sampai saat ini masih dalam bentuk emas karena siklus
antara emas dan saham masih relative datar dan bahkan emas masih belum naik
lagi seiring dengan langkah pemerintah AS dan The Fed yang tidak jadi
memberikan stimulus tambahan untuk pemerintah AS, sehingga harga emas masih
belum ada sentiment positif.
No comments:
Post a Comment