Saturday, September 12, 2015

Teman-teman Khususnya Yang Sebangsa dan Setanah Air Agar Tidak Terus-terusan "Mengkambing Hitamkan" Daging Kambing

Sejak zaman Rosulullah dan terbukti sudah 1400 tahun lebih bahwa  dinar setara atau mampu untuk membeli 1 ekor kambing standard kambing untuk kurban. Tetapi nasib kambing khususnya daging kambing sering dikambing hitamkan. Misalkan daging kambing tidak baik untuk kesehatan, bahkan saya punya teman dan saudara sampai takut bener sama daging kambing seolah-olah daging yang membahayakan bagi kesehatanya.
 
Saya memiliki data ilmiah, bahwa anggapan daging kambing atau domba berpengaruh buruk pada kesehatan, darah tinggi, jantung, kolesterol dlsb, ternyata hanyalah mitos belaka. Data dari USDA (United States Department of Agricuture) daging kambing memiliki kolesterol yang lebih rendah dari daging sapi dan bahkan daging ayam. Daging domba khususnya yang digembalakan di rerumputan bahkan masuk salah satu World Healthiest Food. Hasilnya pemeriksaan kadar kolesterol kambing hanya 5-39mg/100 gr, sedangkan sapi adalah 42-78 mg/100 gr. (ulasan lengkap perbandingan Sapi vs Kambing bisa dibaca di http://www.kompasiana.com/dr_wahyutriasmara/kambing-vs-sapi-mana-yang-lebih-tinggi-kholesterolnya_552e4e296ea83454408b457d )

Yang perlu diajarkan kepada masyarakat hanyalah proses penanganan pasca penyembelihan. Bila selama ini masyarakat umumnya memasak langsung setelah kambing atau domba disembelih, ini yang membuat kolesterol tinggi karena daging dimasak di fase rigor mortis (pengejangan pasca penyembelihan) . Sebaiknya daging kambing atau domba disimpan dulu di suhu 4 derajat celcius atau simpan di suhu ruangan utama kulkas, bukan ruang pembeku/freezernya, biarkan sampai 24 jam kurang lebih. Setelah itulah daging kambing atau domba akan lebih baik dari sapi dan ayam, sekalian ini tips menjelang hari raya idul adha, banyak pemotongan kambing qurban.
 
Bagi kita yang sudah memiliki simpanan emas tidak ada salahnya diubah menjadi kambing agar simpanan emasnya bisa berputar dan hasilnya bisa disimpan kembali dalam bentuk emas, toh sudah terbukti 1400 tahun lebih 1 dinar = 1 kambing, jadi punya kambing sama saja punya emas bedanya kambing bisa beranak dan berkembang biak.
 
Untuk memelihara kambing sebaiknya menggunakan lahan atau kebun yang sudah ada sehingga biaya pemeliharaanya tidak mahal dan siklus alamiah bisa berjalan. Kalau anda punya kebun 2000 m2 maka bisa digunakan untuk menggembalakan kambing sebanyak 37 ekor kambing, karena menurut prakteknya ratio nya adalah 187 ekor per hektar kebun dapat digunakan untuk menggembalakan kambing secara seimbang.
 
Dalam sejarah islam, kambing bukan hanya digunakan untuk membayar dam, qurban, aqiqah dan kebutuhan daging saja, tapi juga untuk membayar upah atau gaji para pekerja profesional, hal ini karena kambing bisa merepresentasikan kebutuhan dan nilai yang berlaku di masyarakat pada masing-masing jamannya.

Lantas kalau sekarang kita sudah familiar memiliki tabungan dalam uang kertas – yang sebenarnya kita sadari nilainya terus berkurang, sebagian kita juga mulai mengenal uang digital, lalu mengapa kita tidak mau menabung benda riil seperti emas atau kambing yang jelas punya nilai instrinsik dan kebal inflasi. Semoga tulisan ini membantu teman-teman khususnya yang sebangsa dan setanah air agar tidak terus-terusan "mengkambing hitamkan" daging kambing, karena bisa saja yang terjadi sekarang hanyalah propaganda dagang dari pihak luar khususnya Australia yang sering menjual sapinya ke Indonesia. Karena kambing di Indonesia itu, ketika saya kecil seperti hal yang hampir digembalakan oleh setiap anak-anak SD di kampung saya, disamping memang sebagai praktek eknomi kerakyatan, juga banyak pelajaran yang diambil ketika saya dulu mengembala kambing, sambil baca buku.
 

No comments:

Post a Comment